Senin, 17 November 2014

Mahasiswa-pun Bisa

Koperasi Mahasiswa (Kopma) UGM berawal dari gagasan perlunya pemenuhan kebutuhan kesejahteraan mahasiswa melalui unit usaha yang dikelola oleh mahasiswa sendiri. Keinginan tersebut direalisasikan pada Rapat Persiapan tanggal 12 Maret 1982 yang dihadiri utusan dari Senat Mahasiswa Fakultas di lingkungan UGM. Dalam rapat tersebut sebanyak 43 peserta dari 52 peserta yang hadir langsung mencatatkan diri menjadi anggota dan sekaligus sebagai pendiri.

A. Tujuan dan Fungsi Koperasi
 1. Tujuan Kopma UGM
Mewujudkan SDM anggota yang memahami dan menjalankan funsi dan perannya sebagai pemilik, pelanggan, dan partisipan aktif di Koperasi “Kopma UGM”. Mewujudkan hubungan yang harmonis baik internal maupun eksternal dengan meningkatkan kualitas intensitas informasi tentang Koperasi “Kopma UGM”.

2. Nila Kopma UGM
Mensejahterakaan perekonomian anggotanya sebagaimana tertera dalam UU. No. 25,1992.

3. Kegiatan Kopma UGM
a. Pertemuan rapat anggota tahunan
b. Usaha simpan pinjam

4. Pemodalan Koperasi
Kopma UGM merupakan koperasi dengan modal sendiri. Berupa simpanan pokok sebesar Rp. 20.000,- dan simpanan wajib Rp. 5.000,-

Pola Manajerial
Keanggotaannya tergolong kekeluargaan dengan anggotanya sebagai karyawan dan pengurus koperasi.

SUMBER
1. http://kopmaugm.com/#home

2. http://kopmaugm.ukm.ugm.ac.id/?page_id=9

Rabu, 15 Oktober 2014

KOPERASI MAHASISWA UGM

SEJARAH KOPERASI “KOPMA UGM”

Sebelum mendekati pertengahan tahun 70-an, pergerakan organisasi mahasiswa di Indonesia mengalami masa-masa jayanya. Era keeemasan tersebut ditandai dengan semakin kritisnya organisasi mahasiswa terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah. Namun demikian, ternyata pemerintah memiliki pandangan lain terhadap kekritisan yang dilakukan mahasiswa tersebut. Pemerintah pada waktu itu beranggapan bahwa hal tersebut bisa menimbulkan instabilitas politik. Puncak kekritisan mahasiswa terjadi pada tahun 1974 yang dikenal dengan peristiwa Malari. Sejak saat itu pemerintah mulai mengatur kehidupan organisasi mahasiswa. Kebijakan pemerintah dalam mengatur kembali organisasi mahasiswa dimaksudkan untuk membatasi ruang gerak mahasiswa agar mahasiswa tidak terlibat langsung dalam politik praktis sehingga hal tersebut mendorong mahasiswa untuk mencari alternatif aktivitas-aktivitas lain yang bisa dilakukan di kampus. Salah satu aktivitas yang dipilih tersebut adalah berkoperasi.

Mulai saat itu banyak bermunculan Koperasi Mahasiswa yang kelak mewarnai perkoperasian Indonesia yang diantaranya ada Koperasi Mahasiswa Unibraw, Koperasi Mahasiswa Unsoed, dan Koperasi Mahasiswa UGM.

Latar belakang lahirnya Koperasi Mahasiswa (Kopma) UGM berawal dari gagasan perlunya pemenuhan kebutuhan kesejahteraan mahasiswa melalui unit usaha yang dikelola oleh mahasiswa sendiri. Keinginan tersebut direalisasikan pada Rapat Persiapan tanggal 12 Maret 1982 yang dihadiri utusan dari Senat Mahasiswa Fakultas di lingkungan UGM. Dalam rapat tersebut sebanyak 43 peserta dari 52 peserta yang hadir langsung mencatatkan diri menjadi anggota dan sekaligus sebagai pendiri.

Momentum sejarah terbentuknya koperasi di kalangan mahasiswa UGM terjadi pada tanggal 20 Maret 1982. Proses pembentukan Kopma UGM dimulai dari Rapat Pembentukan yang dihadiri oleh dua pejabat dari Departemen Koperasi. Pada rapat tersebut juga telah berhasil menetapkan Anggaran Dasar Kopma UGM, sekaligus memilih Pengurus dan Badan Pemeriksa (sekarang disebut Pengawas) periode pertama (1982-1984) yang selanjutnya dilantik pada tanggal 7 Juni 1982. Lalu pada tanggal 2 Agustus 1982 Kopma UGM resmi ber-Badan Hukum dengan Akte Pendirian No. 1246/BH/XI diperoleh dari Departemen Perdagangan dan Koperasi dengan klasifikasi Koperasi Serba Usaha.

Dengan didapatkannya status badan hukum koperasi, maka Kopma UGM yang juga merupakan unit kegiatan mahasiswa memiliki karakteristik unik sebagai organisasi mahasiswa yang berbadan hukum koperasi. Status badan hukum koperasi yang diterima Kopma UGM menuntut pengelolaan usaha secara profesional dengan memperhatikan efektivitas dan efisiensi. Sementara itu, sebagai unit kegiatan mahasisiswa, Kopma UGM merupakan wadah bagi mahasiswa untuk belajar tentang perkoperasian. Dua ciri khusus inilah yang membedakan Kopma UGM dengan organisasi yang lain.


BENTUK
Koperasi “Kopma UGM” merupakan organisasi yang berbadan hukum koperasi sekaligus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di lingkungan Universitas Gadjah Mada, beranggotakan orang perorang yang telah terdaftar sebagai anggota. Sebagai organisasi yang berbadan hukum koperasi, Koperasi “Kopma UGM” memiliki tujuan untuk menyejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dengan berasaskan kekeluargaan. Selain itu, karena Koperasi Kopma UGM merupakan UKM yang berada di lingkungan Universitas Gadjah Mada, maka secara langsung Koperasi “Kopma UGM” berada di bawah pembinaan Direktorat Kemahasiswaan. Hubungan kelembagaan dengan organisasi intra kampus lainnya, Koperasi “Kopma UGM “ berdiri sejajar dengan UKM di UGM yang tergabung dalam Forum Komunikasi Unit Kegiatan Mahasiswa (Forkom UKM) Universitas Gadjah Mada.

ASAS KOPERASI “KOPMA UGM”

Asas Koperasi “Kopma UGM” adalah kekeluargaan

PRINSIP-PRINSIP

1.      Keanggotaan yang sukarela dan terbuka.

2.      Pengawasan secara demokratis oleh anggota.

3.      Partisipasi aktif dari anggota.

4.      Otonomi dan kemandirian.

5.      Pendidikan, pelatihan, dan penginformasian.

6.      Kerjasama antar koperasi.

7.      Kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan


VISI KOPERASI “KOPMA UGM”

Menjadi organisasi yang secara terus-menerus mengembangkan diri dan member kemanfaatan kepada anggotanya, serta berperan aktif dalam gerakan koperasi dengan berpegang teguh pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi.

MISI KOPERASI “KOPMA UGM”

1.      Mewujudkan SDM anggota yang memahami dan menjalankan funsi dan perannya sebagai pemilik, pelanggan, dan partisipan aktif di Koperasi “Kopma UGM”.

2.      Meringankan beban ekonomi dan meningkatkan daya beli anggota.

3.      Menyediakan kebutuhan mahasiswa.

4.      Pengoptimalan fungsi perpustakaan sebagai pusat data dan informasi Koperasi “Kopma UGM” dan berita aktual serta pola pengembangannya.

5.      Pengoptimalan, pembenahan, dan pemanfaatan sistem informasi, serta kearsipan dan administrasi data-data organisasi.

6.      Menciptakan kondisi aman dan tertib dengan mendukung kinerja organisasi.

7.      Mewujudkan terlaksananya 5K di lingkungan Koperasi “Kopma UGM”.

8.      Mewujudkan hubungan yang harmonis baik internal maupun eksternal dengan meningkatkan kualitas intensitas informasi tentang Koperasi “Kopma UGM”.

9.      Mewujudkan citra Koperasi “Kopma UGM” sebagai UKM terfavorit di UGM.

10.  Mewujudkan citra Koperasi “Kopma UGM” sebagai rujukan koperasi bagi mahasiswa Indonesia.


SUMBER
1. http://kopmaugm.com/#home

2. http://kopmaugm.ukm.ugm.ac.id/?page_id=9

Selasa, 31 Desember 2013

ORGANISASI

A. Definisi Organisasi
Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut.

a. Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.

b. James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.

c. Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.

d. Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat.

Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.

Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.

B. Bentuk-bentuk Organisasi
Menurut pola hubungan kerja, lalu lintas wewenang dan tanggung jawab, maka bentuk organisasi dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Bentuk Organisasi Garis
Bentuk ini merupakan nbentuk organisasi paling tua dan paling sederhana. Bentuk organisasi diciptakan oleh Henry Fayol. Biasa juga disebut dengan organisasi militer dimana cirinya adalah struktur organisasi ini relatif kecil, jumlah karyawan yang relatif sedikit, saling kenal, dan spesialisai kerja yang belum begitu rumit dan tinggi.

Kebaikannya;
1. Kesatuan komado terjamin baik karena pimpinan berada pada satu tangan.
2. Proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat karena jumlah orang yang diajak berkonsultasi masih sedikit.
3. Rasa solidaritas dianatara karyawan umumnya tinggi karena saling mengenal.

Keburukannya;
1. Seluruh organisasi tergantung pada satu pimpinan (satu orang) dimana bila pimpinan tersebut berhalangan maka organisasi tersebut akan mandek atau hancur.
2. Ada kecenderungan pimpinan bertindak secara otokratis.
Kesempatan karyawan untuk berkembang terbatas.

b. Bentuk Organisasi Fungsional
Bentuk ini merupakan bentuk dimana sebagian atau segelintir pimpinan tidak mempunyai bawahan yang jelas karena setiap pimpinan berwenang memberikan komando pada bawahannya. Bentuk ini dikembangkan oleh FW Taylor.

Kebaikannya;
1. Pembidangan tugas-tugas jelas.
2. Spesialisasi karyawan dapat dikembangkan dan digunakan semaksimal mungkin.
3. Digunakannya tenga-tenaga ahli dalam berbagai bidang sesuai dengan fungsinya.

Keburukannya;
1. Karena adanya spesialisasi kerja maka akan sulit untuk mengadakan tour of duty.

2. Karyawan lebih mementingkan bidangnya sehingga sukar untuk melaksanakan koordinasi.
Bentuk Organisasi Garis dan Staff

c. Bentuk ini umumnya dianut oleh organisasi besar, daerah kerja yang luas, mempunyai bidang tugas yang beraneka dan rumit serta jumlah karyawan yang banyak. Bentuk ini diciptakan oleh Harrington Emerson.

Kebaikannya;
1. Dapat digunakan pada setiap organisasi yang besar, apapun tujuannya, luas organisasinya,dan kompleksitas susunan organisasinya.
2. Pengambilan keputusan lebih mudah karena adanya dukungan dari staf ahli.
3. Perwujudan “the right man in the right place”lebih mudah terlaksana.

Keburukannya;
1. Sesama karyawan dapat terjadi tidak saling mengenal, solidaritas sulit terbangun
3. Karena susunan organisasinya yang koompleksitas, maka kesulitannya adalah dalam bidang koordinasi antar divisi atau departemen.

d. Bentuk Organisasi Fungsional dan Staff
Bentuk ini merupakan kombinasi dari bentuk organisasi fungsional dan bentuk organisasi garis dan staff. Adapun kebaikan dan keburukan dari bentuk organisasi ini adalah juga merupakan kombinasi dari bentuk diatas.

C. Prinsip - Prinsip Organisasi
Dalam Pelaksanaan organisasi harus berpedoman pada prinsip-prinsip organisasi,yaitu prinsip perumusan tujuan,prnsip pembagian kerja,prinsip pendelegasian kekuasaan/wewenang,prinsip tingkat pengawasa,prinip rentan manajemen,prinsip kesatuan perintah,dan prinsip koordinasi.

1.Prinsip Perumusan Tujuan
Sebelum suatu organisasi/badan/lembaga,langkah hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat tujuan dibentuknya organisasi/badan.lembaga tersebut. Tujuan yang dibuat haruslah sangat jelas karena tujuan tersebut yang akan menentukan hal-hal yang harus diperbuat atau dilakukan oleh organisasi yang telah terbentuk tersebut.

2.Prinsip Pembagian Kerja
Dalam penata laksanaan kegiatan oragnisasi kita harus melakukan pembagian tugas/kerja/unit untuk menghindari kemungkinan adanya pekerjaan yang tertumpuk dan terjadinya kelalai dalam pekerjaan pada sebuah unit kerja organisasi.

3.Prinsip Pendelegasian Kekuasaan/Wewenang
Dalam menjalankan kegiatan,suatu unit harus diberi kekuasaan/ untuk melaksanakan tugas tugasnya agar dapat dimintai pertanggung jawabannya.

4.Prinsip Tingkat Pengawasan
Berjalannya suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan,harus  kita pastikan untuk selalu menjalankan dan melaksanakan sistem pengawasan, karena jika sistem pengawasan tidak ada maka tidak mungkin sebuah organisasi dapat mencapai tujuannya dengan maksimal. Maka karena itu,pembuatan organisasi harus memperhatikan aspek dari kemudahan sistem pengawasan

5.Prinsip Rentang Manajemen
Dalam suatu organisasi perlu kita perhatikan suatu efektivitas dan sebuah efisiensi dari seorang pemimpin yang dapat membawahi beberapa orang yang dibawahinya sehingga seorang pemimpin dapat melakukan tugas kepemimpinannya secara efektif,efisien dan maksimal serta dapat melakukan tugas pengawasan secara optimal.

6.Prinsip Kesatuan Perintah
Dalam menjalankan sebuah organisasi,seseorang bawahan biasanya mempunyai seorang bos atau atasan. Dari bos tersebutlah kita menerima perintah dan kepada bos tersebutlah kita memberikan laporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan pekerjaan kita.

7.Prinsip Kordinasi
Prinsip kordinasi ada usaha untuk mengarahkan seluruh kegiatan unit-unit organisasi agar tertuju pada pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Adanya pembagian tugas kepada unit unit kerja tersebut terkadang tanpa kita sadari menimbulkan kecenderungan untuk memisahkan diri dari tujuan organisasi secara keseluruhan. Untuk itu, koordinasi diperlukan agar kita terhindar dari sebuah konflik, dengan mengurangi duplikasi tugas, mengurangi pengangguran, dan memperkuat kerjasama.

SUMBER :
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Organisasi

http://belajarmanagement.wordpress.com/2010/02/24/bentuk-bentuk-organisasi/

http://belajarmanagement.wordpress.com/2010/02/24/bentuk-bentuk-organisasi/

Modul Memahami Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran Untuk SMK Dan MAK Oleh Sri Endang R-Sri Mulyani-Suyetty Yang di Terbikan Oleh Penerbit Erlangga dan Re-Write Oleh Admin Artikel Ampuh.

MANAJEMEN

A. Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur." Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal.

Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan apekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.

Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Secara Etimologi
Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti "mengendalikan," terutama dalam konteks mengendalikan kuda, yang berasal dari bahasa latin manus yang berarti "tangan". Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.

B. Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, mengurus, atau mengelola. Manajemen juga berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.   Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya piramida di Mesir. Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan berhasil dibangun jika tidak ada seseorang—tanpa mempedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu yang merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.

Praktik-praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan perdagangan di sana. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi modern saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang kanal dan pada tiap-tiap perhentian, bahan baku dan tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini perakitan (assembly line) yang dikembangkan oleh Hanry Ford untuk merakit mobil-mobilnya. Selain lini perakitan tersebut, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya.
Daniel Wren membagi evolusi pemikiran manajemen dalam empat fase, yaitu pemikiran awal, era manajemen sains, era manusia sosial, dan era moderen.

Pemikiran awal manajemen
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang masing-masing melakukan pekerjaan khusus perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan :
(1) meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas
(3) menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja.
Peristiwa penting kedua yang mempengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut pabrik.

Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.

Era manajemen ilmiah
Frederick Winslow Taylor.
Era ini ditandai dengan berkembangan perkembangan ilmu manajemen dari kalangan insinyur seperti Henry Towne, Frederick Winslow Taylor, Frederick A. Halsey, dan Harrington Emerson Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific management, dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of Scientific Management pada tahun 1911.

Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah "penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan." Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen modern.

Henry Gantt yang pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Company menggagas ide bahwa seharusnya seorang mampu mandor memberi pendidikan kepada karyawannya untuk bersifat rajin (industrious ) dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik untuk membantu manajemen yang disebut sebagai Gantt chart yang digunakan untuk merancang dan mengontrol pekerjaan.

Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut.

Era ini juga ditandai dengan hadirnya teori administratif, yaitu teori mengenai apa yang dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik. Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yang merupakan dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.

Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.

Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan "Sains Manajemen", mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946, Peter F.

Drucker sering disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.

Era manusia sosial
Era manusia sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (behavioral school) dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen ilmiah. Mahzab perilaku tidak mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran mahzab perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang dikenal sebagai eksperimen Hawthrone.

Eksperimen Hawthrone dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthrone milik Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lebih sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu.

Kontribusi lannya datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yang mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu politik menjadi terkenal setelah menerbitkan buku berjudul Creative Experience pada tahun 1924. Follet mengajukan suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk menentukan tujuan organisasi dan mengintegrasikannya dengan tujuan individu dan tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa organisasi harus didasarkan pada etika kelompok daripada individualisme. Dengan demikian, manajer dan karyawan seharusnya memandang diri mereka sebagai mitra, bukan lawan.
Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the Executive yang menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka untuk merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara motif pribadi dan organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi "efektif-efisien".

Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan, dan efisiensi adalah sejauh mana motif-motif individu dapat terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sebagai sistem terpadu di mana kerjasama, tujuan bersama, dan komunikasi merupakan elemen universal, sementara pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, dan pemeliharaan perasaan harga diri lebih diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori "penerimaan otoritas" didasarkan pada gagasan bahwa bos hanya memiliki kewenangan jika bawahan menerima otoritas itu.

Era moderen
Era moderen ditandai dengan hadirnya konsep manajemen kualitas total (total quality management—TQM) di abad ke-20 yang diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yang paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).

Deming, orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas di Jepang. Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dapat ditingkatkan :
(1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas waktu dan material
(2) produktivitas meningkat
(3) market share meningkat karena peningkatan kualitas dan harga
(4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis
(5) jumlah pekerjaan meningkat.

Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
Kontribusi kedua datang dari Joseph Juran. Ia menyatakan bahwa 80 persen cacat disebabkan karena faktor-faktor yang sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen. Ia merujuk pada "prinsip pareto." Dari teorinya, ia mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan, kontrol, dan peningkatan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih satu area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk. Area tersebut kemudian dianalisis, kemudian dibuat solusi, dan diimplementasikan.

C. Proses dan Fungsi Manajemen
Proses dan fungsi manajemen meliputi tiga proses kelompok kegiatan :

Kegiatan Perencanaan
1. Penetapan Tujuan
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran harus realistic, memiliki tujuan yang jelas, terukur, terdapat kesepakatan bagi yang terlibat dan mempunyai kerangka waktu.

2. Perencanaan
Perencanaan dapat diartikan sebagai permalan masa yang akan datang dan perumusan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bentuk dari perencanaan berupa perencanaan prosedur, perencanaan metode kerja, perencanaan standar pengukuran hasil, perencanaan anggaran biaya, perencanaan kegiatan dan jadwal.

Perencanaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
- Perencanaan Umum
- Perencanaan Partisipatif

Perencanaan merupakan alat manajemen, sehingga perencanaan harus mampu menjadi pandua strategis dalam mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggaraan negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. SPPN bertujuan mendukung koordinasi antar pelaku pembnagunan, menjamin terciptanya integrasi, sinkrinisasi dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, anatr fungsi pemerintah maupun antar pusat dan daerah. Selain itu juga mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Proses Perencanaan
- Proses Politik
- Proses Teknokratik ® perencanaan yang dilakukan oleh perencana profesional
- Proses Partisipatif ® melibatkan masyarakat
- Proses Bottom-Up dan Top-Down

Tahap Perencanaan
- Penyusunan Rencana
- Penetapan Rencana
- Pengendalian Pelaksanaan Rencana
- Evaluasi Kinerja

Penyusunan dan Penetapan PJP
Merancang rencana dengan proses teknokratik oleh Bappenas atau Bappeda. Musrenbang denga bahan Rancangan Rencana dengan melibatkan masyarakat atau stakeholders. Penyusunan Rencana Akhir dan dilanjutkan dengan Penetapan Rencana (RPJP Nasional ® UU, RPJP Daerah ® Perda)

Penyusunan dan Penetapan RPJM
Dirancang oleh Bappenas/da dan Kemen/Lemb/SKPD yang kemudian digunakan sebagai pedoman penyusunan rancangan RKP/RKPD

Penyusunan dan Penetapan RKP/D
Digunakan sebagai pedoman penyusunan rancangan APBN

3. Pengorganisasian
Kegiatan ini berujuan melakukan pengaturan dari peneglompokan kegiatan proyek konstruksi agar kinerja yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.

Kegiatan Pelaksanaan
1. Pengisian Staf
Sesuai tidaknya pelaksanaan suatu proyek, sanagt didukung oleh personil yang berkompeten dan profesional dibidangnya.

2. Pengarahan
· Kegiatan Pengendalian :
1. Pengawasan
Pengawasan diartikan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan keyakinan bahwa pelaksanaan proyek sesuai dengan prosedur atau rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Pengendalian
Esensi pengendallian adalah membandingkan apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang telah terjadi. Pemantauan kegiatan adalah membandingkan antara standar dari rencana dengan hasil yang telah dicapai. Sehingga bila hasil pekerjaan tidak sesuai dengan rencana perlu dilakukan tindakan perbaikan

3. Koordinas

D. Ciri-ciri Manajer Profesional
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri manager atau pimpinan suatu organisasi yang dengan cara berfikirnya profesional :

- Seorang manager yang profesional selalu bekerja keras untuk memenangkan rasa hormat dari anak buahnya. Dia percaya bahwa dia harus bekerja lebih keras daripada anak buahnya karena dia seorang manager yang harus selalu memberi contoh baik.

- Seorang manager yang profesional menghargai anak buahnya secara sejajar, dan mencoba untuk memahami mereka sebagai individu. Dia berkomunikasi secara terbuka sesering mungkin dengan mereka. Dia juga berkomunikasi secara terbuka dengan atasannnya karena dia sadar bahwa interaksi ini akan banyak menolong dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik.

- Seorang manager yang profesional menyadari bahwa hubungan dengan anak buahnya harus dalam bentuk hubungan yan memuaskan bagi kedua belah pihak dalam hal pekerjaan. Maka biasanya dia bertindak tenang, masuk akal dan tidak emosional, walaupun dalam menangai masalah-masalah atau kesalahan anak buahnya serius.

- Seorang manager yang profesional secara aktif mendorong anak buahnya untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan anak buahnya. Dia merasa bahagia bila nak buahnya berhasil.

- Seorang manager profesional mendelegasikan pekerjaan dengan tepat agar supaya tujuan-tujuan perusahaan dapat tercapai secara objektif dan seefisien mungkin. Dia akan mengambil tanggung jawab bisa dia membuat kesalahan-kesalahan, mengakui kesalahan-kesalahan tersebut serta meminta maaf dengan tulus kepada anak buahnya.

- Seorang manager yang profesional menghargai hasil pekerjaan yang baik anak buahnya. Manager tersebut akan mengoreksi anak buahnya dengan cara yang profesional ketika mereka tidak menampilkan kerja yang kurang baik atau kurang disiplin.

- Seorang manager yang profesional percaya bahwa nak buahnya mampu memberi andil untk kesuksesan perusahaannya. Ini berarti bahwa dia sejauh mungkin akan mengajak anak buahnya untuk memberikan masukan-masukan, ide-ide, dan saran-saran untuk pemecahan masalah yang dihadapi di tempat kerja. Dia juga berkeinginan untuk mendengar, memahami dan menindak lanjuti kritikan dan tuntutan-tuntutan dari anak buahnya.

E. Keterampilan Manajemen yang Dibutuhkan
Semua manajer di segala lini pada dasarnya melakukan proses manajemen yang sama (Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan, dan Pengendalian). Tetapi dalam keseharian, mereka berbeda dalam hal alokasi waktu untuk aktivitas mereka.
Dalam hal keterampilan manajemen yang mereka miliki, manajer puncak lebih banyak duduk dibelakang meja untuk merumuskan strategi perusahaan, lebih banyak bertemu dengan orang-orang, dan lebih banyak melakukan rapat kerja. Manajer operasional lebih banyak dilapangan, bertemu dengan karyawan, dan lebih tahu kegiatan operasional daripada manajer puncak.

Manajer puncak lebih banyak membutuhkan keterampilan konseptual (Conceptual Skills), manajer menengah lebih banyak membutuhkan keterampilan manusiawi (Human Skills), sedangkan Manajer Operasional lebih banyak membutuhkan keterampilan teknis (Technical Skills). Meskipun demikian, ketiga lini manajer harus mempunyai ketiga keterampilan manajemen diatas walaupun dengan proporsi yang berbeda-beda.

Keterampilan konseptual adalah kemampuan mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan serta kepentingan organisasi. Jika lebih detil, kemampuan ini meliputi:
1. Kemampuan melihat organisasi secara keseluruhan.
2. Ketergantungan antara bagian-bagian dari organisasi.
3. Mampu melihat masa depan organisasi dan lingkungannya.
4. Bagaimana lingkungan dapat mempengaruhi suatu organisasi.

Keterampilan manusiawi merupakan keterampilan dalam memahami orang lain, bekerjasama dengan orang lain, mendorong serta memotivasi orang lain, baik secara individual maupun kelompok. Kemampuan teknis adalah kemampuan memahami dan melakukan kegiatan operasional.

Selain mempunyai kemampuan konseptual, seorang manajer juga memerlukan keterampilan analitis. Dalam menganalisa persoalan yang besar, seorang manajer diharapkan mampu memecahnya menjadi bagian yang lebih kecil, kemudian memberikan solusi dari permasalahan tersebut.

Keterampilan analitis ini berbeda dengan keterampilan konseptual, dimana seorang manajer harus mampu melihat pandangan kedepan mengenai situasi dan kondisi yang dihadapi organisasi yang dipimpinnya, mampu melihat hubungan antarbagian dalam organisasi, mampu melihat hubungan organisasi dengan lingkungannya. Sehingga nantinya, dengan kemampuan keterampilan manajemen yang dimiliknya itu bisa membawa organisasi yang dipimpinnya menuju suatu keberhasilan seperti yang direncanakan sebelumnya.

SUMBER :
http://hamzahzakaria.blogspot.com/2010/09/sejarah-perkembangan-manajemen.html?m=1

http://itja.wordpress.com/2008/09/01/proses-dan-fungsi-manajemen/

http://rozikinblog.blogspot.com/2012/10/ciri-ciri-manager-profesional.html?m=1

Selasa, 10 Desember 2013

Perintah Internal pada Command Prompt


 13 PERINTAH INTERNAL COMMAND PROMPT
(CMD)


1.      Pindah Folder
>D:




2.      Perintah membuat folder
>md nabila


Maka dalam lokal disk D akan muncul folder nabila







3.      Perintah masuk ke dalam folder
>cd nabila


4.      Perintah mengganti nama folder
>ren nabila nabilfaufau







Maka folder nabila akan berganti menjadi nabilfaufau




5.      Perintah mengcopy file
>dir
>copy haki.docx d:


Maka pada local disk d akan muncul file haki.docx






6.      Perintah menampilkan folder-folder
>dir





7.      Perintah menampilkan folder dan file secara keseluruhan
>TREE







8.      Perintah menghapus tulisan yang ada di CMD
>cls

Sebelum perintahnya dienter



Sesudah perintahnya dienter






9.      Perintah menghapus folder
>rd nabilfaufau

Sebelum dilakukan perintah masih terdapat folder nabilfaufau di lokal disk d







Lalu jalankan perintah hapus pada cmd






Setelah perintah dijalan, folder nabilfaufau sudah terhapus di lokal disk d




10.      Perintah menghapus file
>del haki.docx

Sebelum perintah dijalankan pada CMD


Kemudian perintah dijalankan

Setelah perintah di jalanka, file haki.docx sudah terhapus


11.      Perintah mengubah tanggal
>date


12.      Perintah untuk menampilkan nomor seri pada sebuah disk
>vol


13.      Perintah menampilkan versi dos yang digunakan