Selasa, 08 Oktober 2013

TAK KUNJUNG TERBALAS


TAK KUNJUNG TERBALAS

Kisah ini bermula ketika aku duduk di kelas satu SMA. Tepatnya satu minggu setelah masa orientasi siswa (MOS). Saat itu, ketika aku dan teman ku sedang berbincang-bincang di depan ruang guru, ada seorang pria menghampiri kami. Pria tersebut bertubuh tinggi tegap, berambut hitam dan sedikit gondrong. Lalu pria tersebut menyapa temanku dan mereka pun berbincang-bincang. Saat itu, aku hanya terdiam dan mengamati pria tersebut. Entah mengapa, ada perasaan yg berbeda saat ku menatapi dirinya. Hati ku meminta agar aku mencari tau tentang pria tersebut.
            Setelah urusan pria tersebut dengan teman ku seelesai, ia pun bergegas pergi meninggalkan kami. Dan akupun melanjutkan perbincangan ku dengan teman ku. Bodohnya aku, aku lupa menanyakan siapa pria tadi kepada teman ku. Sedikit menyesal rasanya hati ini.
            Keesokan harinya ketika jam istirahat, aku pun kembali bertemu dengan pria tersebut. Rasanya diri ini ingin menghampirinya dan bertanya siapa namanya, kalau perlu nomer telponnya juga boleh. Tapi ku urungkan niatitu  karena perasaan malu.
            Setelah beberapa hari aku memperhatikannya, aku pun mengetahui satu informasi yang dapat menjawab semuanya. Ya informasi tersebut adalah bahwa pria tersebut merupakan salah satu siswa kelas sepuluh lima. Dan kelas itu merupakan kelas sabat ku juga, yang bernama Alya. Sedikit senang rasanya hati ku mengetahuinya. Karena aku bisa mencari informasi tentang pria itue melalui Alya sahabat ku dari SMP.
            Setibanya di rumah, aku langsung bergegas mengeluarkan handphone dan mengirimin sms ke Alya. Tapi Alya tak mengerti siapa pria yang ku maksud itu. Akhirnya aku mengadakan janji dengan Alya untuk menunjukan pria tersebut esok ketika jam istirahat.
            Keesokan harinya ketika jam istirahat, Alya pun datang ke kelas ku. Dan kami bergegas menuju kelas Alya. Aku pun hanya berdiri di depan pintu kelas Alya. Ku perhatikan sekeliling kelas tersebut dan mencari-cari sosok pria itu. Ternyata pria tersebut sedang duduk di tempat duduknya. Tepatnya, baris ke tiga dari pintu dan meja ke dua dari belakang. Lalu aku pun menjelaskan kepada Alya posisi pria tersebut. Mata Alya pun berjalan-jalan mencari pria tersebut dan pandangannya pun terhenti pada pria yang ku maksud. Alya pun langsung tertawa dan meledeki ku. Ternyata nama pria itu Panji. Hati ku lompat-lompat kegirangan.
            Malam harinya ketika aku sedang mengecek handphone, ternyata ada sms dari Alya. Sms tersebut berisi ‘nih nomer telpon Panji’. Huaaaaa betapa senangnya hati ku. Aku pun bergegas sms Panji tanpa berfikir panjang. Sms pertama ku adalah ‘hai’. Kemudian Panji membalas sms ku ‘maaf ini siapa?’. Baru dibalas seperti itu saja aku sudah jingkrak-jingkrakan  kegirangan. Aku membalas smsnya lagi, dan akhirnya kami pun berkenalan.
            Setelah beberapa lama berkenalan melalui sms, aku baru mengetahui ternyata Panji sudah memiliki kekasih. Dia dan kekasihnya sudah berpacaran lama. Betapa hancurnya hati ini mengetahui hal tersebut. Aku pun berhenti menghubungi dia. Namun hati ku tetap menginginkan aku mencari tahu lebih dalam tentang dirinya. Ku tahan-tahan diri ku ini agar tidak menghubunginya. Dan aku hanya bisa mencintainya diam-diam.
            Sampai akhirnya, ketika kelas dua SMA, aku bergabung dengan ekskul jurnalistik. Dan saat itu lah aku  mulai bertemu kembali dengannya. Sebenarnya ekskul kami berbeda. Dia mengikuti ekskul fotografi. Namun kedua ekskul tersebut sering digabungkan ketika ekskul. Hati ini mulai kembali bergejolak. Ya, hati ini mencintai sosoknya, bahkan sangat mencintainya. Namu dia sudah memiliki kekasih.
            Akhirnya, perlahan demi perlahan, aku bisa dekat dengan dirinya, dekat karena urusan ekskul, dan dekat hanya sebatas teman. Namun hati ini meminta lebih dari sekedar teman. Tak dapat mengungkapkannya, aku pun hanya diam dan menunggu. Seiring berjalannya waktu aku pun semakin dengat dengannya, tapi tetap hanya sebatas teman.
            Suatu waktu, dia putus dengan kekasihnya. Senang sekali hati ini mendengar berita tersebut. Tapi kemudian kembali sedih, karena ku tahu dia sedang mendekati wanita lain, dan wanita tersebut juga bersekolah di tempat kami. Aku tidak tahu harus bagaimana dan melakukan apa. Aku takut, aku bingung, dan aku pun malu. Akhirnyan aku memutuskan untuk kembali diam, menunggu, dan memendam rasa ini.
Tak berapa lama berpacaran dengan pacar barunya itu, akhirnya mereka putus. Tetapi hati ku malah bersedih. Ya jelas sedih, karena ternyata dia balikan dengan kekasih lamanya itu. Hancur berkeping-keping rasanya hati ku ini. Seperti tidak ada harapan untuk diri ku memiliki dirinya. Dan dari saat itu aku memutuskan untuk tetap diam-diam mencintainya dan menunggu.
Sepintar-pintarnya bajing melompat, pasti ia akan terjatuh. Begitu pun dengan aku. Sepintar-pintarnya aku menutupi perasaan ini, pasti aka ketahuan juga. Teman-teman ku mengetahui kalau aku mencintai Panji. Mulai saat itu aku sering diledeki didepan Panji. Namun dia hanya tersenyum-senyum saja, tak menanggapi serius. Dan aku pun juga hanya biasa saja, seolah-olah  hanya gosip. Namun hati ku tak terima. Hati ku meminta lebih. Hati ku menginginkan aku memiliki dirinya.
Dengan berjalannya waktu, aku pun bertemanan baik dengannya. Dan belajar untuk melupakannya. Menganggap dia hanya sekedar teman, tidak lebih. Ternyata tidak mudah, tapi harus tetap ku coba. Berbulan-bulan, hingga bertahu-tahun, dan sampai akhirnya kami lulus, aku belum bisa menghilangkan rasa cinta ini kepada Panji. Dan dia pun masih menjalani hubungan dengan kekasihnya itu.
Hingga suatu hari, ketika aku sedang berusaha keras untuk menghilangkan rasa ini, aku tersadar bahwa cinta tak harus memiliki. Dan masa depan ku lebih berharga dibandingkan mengejar cintanya. Aku pun memutuskan untuk tetap membiarkan rasa cinta ini, dan biarkan waktu yang menjawab.
Kami pun masih berteman baik hingga sekarang, walaupun dia mengetahui aku mencintainya. Dan karena dia juga, akhirnya aku percaya dengan kata-kata “bahwa jodoh sudah diatur oleh Tuhan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar